
Pendidikan merupakan fondasi penting dalam pembangunan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, penilaian merupakan aspek yang tak kalah pentingnya. Tradisi penilaian konvensional semakin tergantikan oleh metode yang lebih canggih dan akurat, seperti Computer-Based Test (CBT) berbasis Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Item Response Theory (IRT). Keduanya memiliki potensi besar dalam merumuskan pendekatan penilaian yang lebih holistik dan mendalam dalam kurikulum merdeka.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam CBT: Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah pendekatan yang menilai pemahaman dasar peserta didik terhadap suatu mata pelajaran. Dalam CBT berbasis AKM, siswa diuji terhadap kompetensi-kompetensi minimum yang harus dikuasai dalam suatu bidang. Ini mendorong fokus pada pemahaman mendasar daripada sekadar menghafal. Contohnya, dalam mata pelajaran matematika, siswa akan diuji pada pemahaman konsep dasar seperti operasi hitung, aljabar dasar, dan geometri sederhana.
Dengan CBT berbasis AKM, pendidik dapat:
- Mengukur pemahaman fundamental siswa terhadap mata pelajaran.
- Memberikan umpan balik yang spesifik terkait kelemahan dan kekuatan siswa.
- Mengarahkan pembelajaran lebih lanjut sesuai kebutuhan individu.
Contoh Penerapannya dalam Kurikulum Merdeka: Dalam konteks kurikulum merdeka, CBT berbasis AKM dapat diterapkan dengan menyusun bank soal yang menilai kompetensi minimum dari setiap unit pembelajaran. Setiap siswa akan mengikuti ujian berdasarkan unit yang telah diajarkan. Hasil ujian akan memberikan panduan kepada guru untuk menyesuaikan pengajaran, serta membantu siswa dan orang tua dalam memahami perkembangan belajar.
Item Response Theory (IRT) dalam CBT: Item Response Theory (IRT) adalah pendekatan statistik dalam penilaian yang menganalisis karakteristik soal dan respons peserta didik terhadap soal tersebut. Dalam CBT berbasis IRT, setiap soal memiliki tingkat kesulitan dan daya pembeda yang diukur secara akurat. Dengan demikian, penilaian menjadi lebih adil dan akurat karena mampu memisahkan siswa yang benar-benar menguasai materi dari yang tidak.
Dengan CBT berbasis IRT, pendidik dapat:
- Menilai secara lebih akurat tingkat pemahaman siswa terhadap berbagai tingkat kesulitan soal.
- Mengidentifikasi kesulitan atau ambiguasi dalam soal yang perlu diperbaiki.
- Menghasilkan analisis mendalam tentang kemampuan siswa dalam berbagai aspek mata pelajaran.
Contoh Penerapannya dalam Kurikulum Merdeka: Dalam pendekatan kurikulum merdeka, CBT berbasis IRT dapat diintegrasikan dengan menyusun tes adaptif. Tes ini akan menyesuaikan tingkat kesulitan soal berdasarkan respons sebelumnya dari siswa. Misalnya, jika siswa menjawab dengan benar, tingkat kesulitan soal berikutnya akan lebih tinggi. Ini memungkinkan pengukuran yang lebih presisi terhadap kemampuan siswa dan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang tingkat penguasaan mereka terhadap materi.
Kesimpulan: Penggunaan Computer-Based Test (CBT) berbasis Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Item Response Theory (IRT) memiliki potensi besar dalam memperbaiki proses penilaian pendidikan. Kedua pendekatan ini tidak hanya memungkinkan evaluasi yang lebih akurat, tetapi juga mendukung implementasi kurikulum merdeka dengan menyesuaikan pengajaran dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan pendekatan ini, pendidikan dapat bergerak menuju arah yang lebih inklusif, adaptif, dan holistik.